Hagai The King's Party

Minggu, 23 Januari 2011

BArongsai Melestarikan Tradisi Tionghoa di Bali

Oleh Anton Muhajir
Hari-hari menjelang tahun baru Cina menjadi hari sibuk bagi anggota kelompok barongsai Pusaka Tantra di Banjar Dharma Semadhi Kuta, Bali. Kalau pada hari biasa mereka berlatih seminggu dua kali tiap Selasa dan Kamis malam, maka kali ini mereka berlatih tiap malam.
Wantilan vihara Dharmayana di banjar yang hampir seluruh warganya Tionghoa itu menjadi tempat berlatih sekitar 50 anggota kelompok ini. Mereka berlatih dalam beberapa kelompok mulai dari tingkat paling dasar sampai paling tinggi.
Kelompok dasar berlatih di lantai atau menggunakan bangku sedangkan kelompok yang lebih tinggi menggunakan tabung bambu, dari yang sekitar 30 cm sampai 2 meter. Tingkat kesulitan tiap kelompok berbeda. Makin tinggi kelompoknya makin tinggi pula kesulitannya.
Sebagian besar anggota kelompok ini masih remaja. Semuanya anggota Sekaa Teruna Teruni, kelompok remaja, Eka Dharma di banjar setempat. Anggota paling kecil kelompok barongsai ini bahkan masih SD. Namun sebagian besar sudah SMA atau malah bekerja.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini pun warga banjar setempat mengadakan pawai barongsai dan liong. Sehari menjelang Imlek, mereka akan berkeliling jalan di beberapa jalan protokol Kuta di sekitar vihara seperti jalan Blambangan, jalan Kalianget, jalan raya Kuta, dan kembali ke vihara.
Hari raya tahun baru warga Tionghoa memang sangat identik dengan barongsai. Begitu pula bagi warga Tionghoa di Kuta. Warga setempat menyebut tradisi ini sebagai ngelawang barongsai.
“Tujuannya untuk menetralisir hal-hal jahat di sekitar kita agar tahun depan lebih baik,” kata Adhi Dharmaja, Wakil Ketua Banjar Dharma Semadhi.
Adhi, yang juga Sekretaris Yayasan Dharma Semadhi yang menaungi vihara Dharmayana Kuta, mengatakan seperti umumnya kegiatan barongsai di tempat lain, kelompok barongsai di banjar ini pun baru hidup setelah zaman Presiden Abdurahman Wahid alias Gus Dur memberikan kesempatan pada warga Tionghoa untuk merayakan Imlek kembali.
Sebelumnya, pada zaman Orde Baru, semua kegiatan yang berbau Tionghoa dilarang secara resmi oleh pemerintah. Namun, pada zaman Gus Dur, kesempatan pada warga Tionghoa untuk merayakan tahun baru Cina itu diberikan kembali. Begitu pula dengan semua tradisi yang berhubungan dengan Tionghoa, termasuk barongsai dan liong. “Kami harus berterima kasih pada Gus Dur,” ujar Adhi.
Warga Banjar Dharma Semadhi Kuta mendirikan kelompk barongsai pada April 2002. Saat baru berdiri, mereka belajar dari guru di salah satu perguruan silat di Denpasar. Menurut Adhi, gerakan dalam barongsai memang pada dasarnya sama dengan gerakan silat klasik.
Pelatih kelompok ini sempat berganti-ganti sebelum kemudian tetap dengan satu pelatih yang hanya kadang-kadang didatangkan dari Madiun, Jawa Timur. “Sekarang kami lebih banyak berlatih sendiri. Cuma kalau ada kompetisi saja baru memanggil pelatih itu lagi,” tambah Adhi.
Selain rutin mengisi ritual Imlek, kelompok barongsai ini juga memang beberapa kali ikut kompetisi barongsai atau undangan mengisi kegiatan tertentu. Misalnya pada Kuta Karnival tiap tahun di Kuta.
Kelompok barongsai ini pernah mendapat juara II kategori dasar dalam lomba barongsai oleh Persatuan Pengusaha Warga Guanhzhou di Bali pada Desember 2003 lalu. Tahun lalu, mereka juga mendapat juara II dan juara harapan II pada lomba barongsai di Semarang, Jawa Tengah.
Untuk Imlek kali ini pun mereka mendapat undangan tampil di beberapa acara perayaan Imlek bersama seperti pada 28 Januari nanti di Restoran Hongkong, Denpasar.
Menurut Adhi, kelompok barongsai Pusaka Tantra di Kuta ini adalah salah satu dari sekitar empat kelompk barongsai di Bali yang berinduk pada vihara. Selain di vihara Dharmayana, kelompok lain adanya di Tanah Kilap, Denpasar; Ubung, Denpasar; serta Singaraja, Buleleng.
Selain kelompok barongsai yang berinduk pada vihara, ada juga beberapa kelompok individu yang memang dibuat semata untuk komersial. Bedanya, kalau kelompok komersial ini memang tampil untuk dibayar maka kelompok yang dibuat vihara lebih untuk melestarikan tradisi.
http://www.balebengong.net/topik/budaya/2009/01/25/barongsai-melestarikan-tradisi-tionghoa-di-bali.html)
posted by Hagai The King's Party at 05.53

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home